Nama Umum | Kamboja Kuburan |
Nama Ilmiah | Plumeria obtusa |
Nama Internasional | Red Frangipani, Frangipani, Common Frangipani, Kemboja, Bunga Kubur, Nosegay Frangipani, Chempaka, Pagoda Tree, Camboja |
Nama Lokal | Semboja (Jawa), Bunga Jebun (Bali); Samoja, Kamoja (Sunda); Bunga Lomilate (Gorontalo); Campaka Molja/Bakul (Madura), Pandam (Minangkabau); Karasuti, Kolosusu, Tintis (Minahasa), Capaka Kubu(Tidore) |
Asal | Amerika Tengah |
Ciri-ciri | bunganya berwarna pink, tajuk pohonnya tidak rimbun, daunnya berbentuk lanset tumbuh bergerombol pada ujung cabang (Whorl) |
Manfaat | Tanaman Pangan, Tanaman Obat, Tanaman Adat, Tanaman Hias |
Bunga kamboja ditemukan oleh seorang botanis berkebangsaan Perancis yang bernama Charles Plumier, karena itulah bunga kamboja mempunyai nama Latin Plumeria. Bunga kamboja dulu hanya kita jumpai di tempat-tempat yang berbau religi seperti pemakaman dan tempat-tempat lain, namun kini hal itu sudah berubah dan tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Bunga kamboja diperkirakan pertama kali dibawa ke Indonesia oleh bangsa Portugis dan Belanda. Bunga kamboja mempunyai sejumlah senyawa yang berkhasiat sebagai obat. Senyawa tersebut bersifat antipiretik (menurunkan demam), antiinflarnatif (mengatasi radang), dan analgesik (meredakan rasa sakit). Karena kandungan-kandungan inilah, bunga kamboja berguna untuk mengurangi nyeri haid dan mencegah pingsan akibat udara panas atau terkena sinar matahari (heat stroke). Selain itu, bunga kamboja juga banyak mempunyai khasiat yang lain, yakni sebagai obat luar maupun dalam. Sebagai obat luar, getah kamboja dapat digunakan untuk mengobati gigi berlubang. Bunga kamboja juga dapat digunakan untuk membuat berbagai macam makanan ringan, misalnya, untuk membuat tempura bunga. Tanaman ini juga banyak dimanfaatkan dalam ritual adat bagi masyarakat Bali.
Sumber :