| Nama Umum | Kepel |
| Nama Ilmiah | Stelechocarpus burahol |
| Nama Internasional | Kepple Apple (Eng) |
| Nama Lokal | kecindul, simpol, cindul (Jawa), burahol, turalak (Sunda) |
| Asal | Asia Tenggara |
| Ciri-ciri | batang berwarna coklat-kelabu tua sampai hitam, batangnya tertutup oleh banyak benjolan-benjolan besar, bentuk daun oblong-lanset |
| Manfaat | Makanan, Obat-obatan, Bahan bangunan dan furnitur, Tanaman hias |
Tentang
Tumbuhan kepel adalah pohon penghasil buah hidangan meja yang menjadi flora identitas Daerah Istimewa Yogyakarta dan di Tanah Pasundan yang juga dikenal sebagai burahol. Pada masa tersebut, tanaman kepel hanya boleh ditanam dilingkungan keraton Kesultanan Yogyakarta. Karena ukuran buahnya yang sebesa kepalan tangan orang dewasa, orang Jawa menamakannya buah kepel. Selain itu nama ini melambangkan unsur kesatuan dan keutuhan mental dan fisik seperti tangan yang terkepal. Buah kepel digemari puteri keraton-keraton di Jawa karena dipercaya menyebabkan keringat beraroma wangi dan membuat air seni tidak berbau tajam. Buahnya yang matang biasa dimakan dalam keadaan segar. Disebutkan bahwa dagingnya yang berwarna jingga dan mengandung sari buah itu berkhasiat memberikan aroma seperti bunga mawar bercampur buah sawo pada ekskresi tubuh (seperti air seni, keringat, dan napas). Dalam pengobatan, daging buahnya berfungsi sebagai peluruh kencing, mencegah radang ginjal dan menyebabkan kemandulan (sementara) pada wanita sehingga kepel ini oleh para wanita bangsawan digunakan sebagai parfum dan alat KB. Di Jawa, penggunaannya secara tradisional terbatas di Kesultanan Yogyakarta. Kayunya cocok untuk perkakas rumah tangga dan bangunan rumah. Kepel merupakan tanaman hias pohon yang indah, daunnya yang muncul secara serentak berubah dari merah muda pucat menjadi merah keunguan sebelum berubah lagi menjadi hijau cemerlang.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kepel http://www.tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Stelechocarpus+burahol http://bbppketindan.bppsdmp.pertanian.go.id/blog/kepel