Nama Umum | Glodogan Tiang |
Nama Ilmiah | Polyalthia longifolia |
Nama Internasional | Burmese (paga-nyet-su ava); Filipino (tugaui); Indonesian (leungsir,ihi mendek,tawan,kayu sapi); Lao (Sino-Tibetan) ; Malay (kasai daun besar,langsir,sibu); Thai (saen ta lom,sai) |
Nama Lokal | (Minangkabau) Langsek Anggang, (Jawa Barat) Leungsir, (Jawa) Kayu Sapi, (Melayu) Kungki |
Asal | India, Papua New Guinea, Philippines, Solomon Islands, Sri Lanka |
Ciri-ciri | kulit buah berwarna merah, daging buah berwarna putih bening, buahnya memiliki aroma seperti durian namun rasanya seperti rambutan |
Manfaat | Makanan, Obat-obatan, Bahan bakar |
Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman buah khas Papua yang merupakan tanaman asli India, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Sri Lanka. Tanaman ini tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun, berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian. Selain Papua, di Indonesia matoa juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, dan Maluku. Tanaman Matoa dimanfaatkan buah, kayu, serta daun dan kulit batang. Buah matoa memiliki rasa yang manis. Buah matoa dapat dikonsumsi dan memiliki rasa menyerupai buah rambutan. Biji matoa dapat dikonsumsi setelah direbus atau dipanggang. Kayu matoa dapat digunakan sebagai arang. Daun dan kulit kayu matoa digunakan oleh masyarakat tradisional Kepulauan Pasifik sebagai obat. Rebusan daun dan kulit kayu dapat digunakan untuk mengobati demam. Rebusan kulit kayu matoa juga dipercaya dapat mengatasi kanker mulut. Perkembangbiakan tanaman Matoa dilakukan melalui biji.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Matoa https://www.cabi.org/isc/datasheet/42815 http://www.worldagroforestry.org/treedb/AFTPDFS/Pometia_pinnata.PDF http://tropical.theferns.info/viewtropical.php?id=Pometia+pinnata